OSPEK PENGENALAN KAMPUS TEKNIK KIMIA UPNV JATIM 2012

Ospek dilaksanakan pada tanggal 29-30 Agustus 2012 di Jurusan Teknik Kimia UPNV Jatim.

LKMM CUBAN TALUN TEKNIK KIMIA UPNV JATIM 2012

LKMM dilaksanakan pada tanggal 20-23 September 2012 di Cuban Talun, Batu Malang.

PENGURUS BEJ - BLM PERIODE 2012 - 2013

Pemantapan BEJ serta dihadiri BLM Jurusan Teknik Kimia dilaksanakan pada tanggal 4-6 Januari 2013 di UPNV Jatim.

RAKORNAS BKKMTKI DI UPNV JATIM

Rakornas BKKMTKI XV dilaksanakan tanggal 25-30 November 2012 yang di hadiri perwakilan mahasiswa Teknik Kimia se-Indonesia di UPNV Jatim.

SIDANG UMUM HIMATEKK TAHUN 2012

Sidang Umum HIMATEKK dilaksanakan pada tanggal 21-23 Desember 2012 di Villa Wimaya Pandaan.

Rabu, 27 Februari 2013

REMBULAN TENGGELAM DI WAJAH MU


Dengan tidak tahu, maka mereka yang menyadari kalau tidak ada yang sia-sia dalam kehidupan akan selalu berbuat baik. Setiap keputusan yang akan mereka ambil, setiap kenyataan yang harus mereka hadapi, kejadian-kejadian menyakitkan, kejadian-kejadian menyenangkan, itu semua akan mereka sadari sebagai bagaian dari siklus bola raksasa yang indah, yang akan menjadi sebab-akibat bagi orang lain. Dia akan selalu berharap perbuatannya berakibat baik ke orang lain. - hal 81-82

Kalian akan tetap menjadi saudara di mana pun berada, kalian sungguh akan tetap menjadi saudara. Tidak ada yang pergi dari hati. Tidak ada yang hilang dari sebuah kenangan. Kalian sungguh akan tetap menjadi saudara. - hal 127

Bukan sia-sia, tapi berikanlah yang terbaik. Karena yang terbaik itu akan kembali kepada kalian. - hal 196

Kita bisa menukar banyak hal menyakitkan yang dilakukan orang lain dengan sesuatu yang lebih hakiki, lebih abadi. Rasa sakit yang timbul karena perbuatan aniaya dan menyakitkan itu sementara. Pemahaman dan penerimaan yang tulus dari kejadian menyakitkan itulah yang abadi. - hal 212

Kalau Tuhan menginginkannya terjadi, maka sebuah kejadian pasti terjadi, tidak perduli seluruh isi langit bumi bersekutu menggagalkan. Sebaliknya, kalau Tuhan tidak menginginkannya, maka sebuah kejadian niscaya tidak akan terjadi, tidak perduli seluruh isi langit bumi bersekutu untuk melaksanakannya. - hal 213

Apapun bentuk kehilangan itu, ketahuilah, cara terbaik untuk memahaminya adalah selalu dari sisi yang pergi. Buakn dari sisi yang di tinggalkan. - hal 315

Seseorang yang memiliki tujuan hidup, maka baginya tidak akan ada pertanyaan tentang kenapa Tuhan selalu mengambil sesuatu yang menyenangkan darinya, kenapa dia harus di lemparkan lagi ke kesedihan. Baginya semua proses yang dialami, menyakitkan atau menyengkan semuanya untuk menjemput tujuan itu. - hal 318

Bukankah waktu bisa merubah perasaan ?. - hal 368

Ketika kau merasa hidup mu menyakitkan dan merasa muak dengan semua penderitaan maka itu saatnya kau harus melihat ke atas, pasti ada kabar baik untuk mu, janji-janji, masa depan. Dan sebaliknya, ketika kau merasa hidup mu menyenangkan dan selalu merasa kurang dengan semua kesenangan maka itulah saatnya kau harus melihat ke bawah, pasti ada yang lebih tidak beruntung darimu. Hanya sesederhana itu. Dengan begitu, kau akan selalu apndai bersyukur. - hal 417

Minggu, 17 Februari 2013

AKU UJIAN BAGIMU, KAMU UJIAN BAGIKU



Diangkat dari sebuah kisah nyata, tentang seorang lelaki shalih dan perempuan shalihah, atau lebih tepatnya.. tentang kedua insan manusia yang selalu berupaya untuk selalu mendekat kepada Allah Subhanahu wata’alla.

Lelaki tersebut bernama Putra, dan perempuan tersebut bernama Adinda. Tentu saja bukan nama sebenarnya. Tapi yang pasti, ini adalah kisah nyata. Benar-benar terjadi.

***
Putra adalah seorang lelaki yang dibekali Allah pengalaman hidup yang tidak biasa. Masa mudanya sempat diwarnai oleh berbagai macam pilihan kehidupan yang tidak tepat, yang kemudian menghantarkannya kepada sebuah jurang. Tapi ternyata, itu merupakan jurang yang sangat disyukuri. Adanya jurang kehidupan tersebut membentuk seorang Putra menjadi sosok yang semakin mendekat kepada Allah. Mentalnya ditempa, tanggung jawabnya diuji. Hantaman keras masa lalunya menggerakkan seorang Putra untuk menyebarkan ilmu bagi banyak orang agar tidak terjerumus dalam kesalahan seperti yang pernah ia lakukan. Allah karuniakan pula kemampuan yang sangat luar biasa yang mendukung semangat Putra dalam meniti langkah baiknya. Putra menyadari, segala alur kehidupannya, diarahkan oleh Allah dengan berbagai maksud dan tujuan. Jadilah Putra sosok lelaki yang sangat mencintai Allah.

Adinda adalah seorang perempuan yang memiliki kisah hidup yang juga tidak biasa. Adinda tumbuh dalam lingkaran terdekat yang tidak begitu harmonis. Sejak kecil, Adinda mencari nilai-nilai kehidupan dari luar rumah. Tapi sungguh Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Allah anugerahkan Adinda berbagai macam kemampuan hebat yang mengundang decak kagum banyak orang, dipadu dengan lingkungan luar tempatnya bertumbuh yang sangat mendukung. Allah hadirkan berbagai kesulitan dalam kehidupan Adinda, untuk membuatnya semakin kuat, semuda mungkin. Adinda dicoba dengan berbagai macam hambatan yang sebetulnya sangat sulit bagi perempuan seusianya, tapi justru itulah yang membuatnya menjadi sangat matang dibandingkan perempuan lain seusianya. Adinda memahami, ada peran besar Allah dalam kehidupannya. Jadilah Adinda sosok perempuan yang sangat mencintai Allah

***

Selama beberapa tahun ke belakang, Putra dan Adinda adalah partner yang sangat baik. Mereka memiliki passion yang sama yang akhirnya membuat mereka seringkali dipertemukan dalam berbagai kegiatan dan project yang serupa.

Tahun demi tahun berlalu, pertemuan menjadi suatu hal yang biasa. Langkah baik Putra, didukung oleh kemampuan Adinda. Adinda pun banyak sekali menimba ilmu dari Putra. Akhirnya mereka pun tumbuh bersama, sama-sama melesatkan diri dalam kebaikan. Saling mendukung satu sama lain. Tapi itu sudah menjadi hal biasa, saking seringnya. Kehidupan Putra dan kehidupan Adinda pun dijalankan masing-masing, tidak ada hal yang spesial.

Sampai tiba suatu ketika, Putra dan Adinda merasakan getaran yang tidak biasa, entah darimana datangnya, dan entah kapan tepatnya. Keterbiasaan mereka melakukan komunikasi, membuat Putra merasa ‘terisi’ oleh Adinda. Kenyamanan yang ditimbulkan pun membentuk sebuah kebiasaan, yaitu kebiasaan mencari ketika Adinda tidak berada di sekelilingnya. Putra belum menyadari, apakah yang sebenarnya sedang terjadi pada dirinya.

Di sisi yang lain, Adinda yang sudah banyak menimba ilmu dari Putra tidak pernah merasa harus waspada, sebab sudah bertahun-tahun ia tumbuh dan belajar banyak dari seorang Putra. Kalau soal ‘terisi’, Adinda sudah merasakannya jauh lebih lama dari Putra merasakannya. Hanya saja memang tidak ada yang spesial, sebab saking seringnya itu. Tapi kali ini lain. Adinda pun merasakan ada getaran yang tidak biasa. Perbedaannya, Adinda acuh. Sebab Adinda tahu bahwa Putra tidak mungkin melewati batas hubungan. Adinda belajar ilmu menjaga diri juga dari seorang Putra.

Semakin hari, tanpa disadari, komunikasi yang dilakukan semakin sering membawa mereka pada penguatan perasaan. Kekaguman yang memang sudah ada sejak dulu, semakin besar. Pengetahuan mereka tentang kondisi kehidupan satu sama lain pun semakin mendalam. Ini lahan nikmat bagi syaitan menggoda antara dua insan manusia, maka terhembuslah sebuah perasaan bernama.. cinta.

Putra yang shalih sangat memahami ilmu tentang cinta yang belum halal. Adinda yang shalihah pun sangat meyakini ilmu tentang penjagaan diri sebelum ijab sah menggema. Tapi cinta ini hembusannya halus, menelusup ke dalam hati, tanpa disadari. Tau-tau mereka sudah mulai merasa saling ketergantungan, hingga takut kehilangan, meskipun tidak diikrarkan menjalin hubungan seperti pacaran. Doa-doa yang terpanjat pun mulai tidak lurus.
“Ya Allah.. bila ada kebaikan saat kami berjodoh, maka mudahkanlah. Jika lebih banyak mudharat-nya, maka jauhkanlah. Hm.. tapi ya semoga lebih banyak kebaikannya, jadi dia bisa jadi jodohku..”
Hehehe. Semakin dalam perasaannya, semakin sebuah doa tersebut mengatur ketentuan Allah. Padahal jelas-jelas manusia hanya diminta maksimal ikhtiar di jalan yang Allah ridhoi, sedangkan hasil suka-suka Allah.
“Ya Allah.. aku sangat yakin jika kami bersatu dalam pernikahan, kami pasti akan bertumbuh lebih melesat. Visualisasiku sangat jelas ya Allah. Pastilah aku pun akan lebih semangat melakukan ini dan itu dengan kehadirannya membersamai kehidupanku.. Please ya Allah..”
Cinta itu tidak buta, tapi melumpuhkan logika. Sosok shalih dan shalihah ini terperangkap dalam getaran rasa luar biasa yang menguji ketaatan. Sebetulnya mudah saja, Putra tinggal melangkah dengan niat baik, mengajak Adinda ke gerbang pernikahan. Itu sudah obat paling mujarab, yaitu menghalalkan rasa.

Putra berusaha, Adinda pun berusaha, tentu saja melalui cara yang sesuai dengan syari’at Allah. Mereka mau melakukan ta’aruf. Tapi sayang sekali dalam kisah mereka, niat baik Putra ini sudah diatur Allah untuk tidak bisa terlaksana. Maka dengan sebuah alasan yang bisa dipertanggungjawabkan, Putra tidak bisa menikahi Adinda.

Sebetulnya Putra mengerti, begitu pun dengan Adinda. Mereka tidak bisa bersatu dalam pernikahan saat itu adalah sudah merupakan bagian dari rencana-Nya. Tapi akibat perasaan sudah terlampau dalam, keduanya sempat ‘jatuh’ dan ‘terguncang’. Sebab saya mendengar kisah ini dari sisi perempuannya, maka akan saya ungkap dari sisi seorang Adinda.

Setiap malam Adinda menangis. Ia sangat tahu bahwa itu berarti ia tidak ridho pada ketetapan Allah. Tapi emosi sangat tidak tertahankan. Ia paham, tangisan sedihnya ini adalah akibat perbuatannya sendiri. Ia mengizinkan cinta belum halal singgah ke hatinya, dan meski sudah paham.. ia tetap mengizinkan komunikasi ‘menjurus’ terjalin antara dia dengan Putra. Memang nikmat diperhatikan oleh orang yang kita sukai, tapi selama belum halal, syaitan mengambil peran. Disitulah lumpuhnya logika.

Harapan indah terlanjur menghiasi rongga-rongga mimpi Adinda, hingga ketika ia menerima kenyataan yang tidak sesuai harapan, ia terhempas keras ke tanah. Adinda menyesali pelanggarannya terhadap syari’at Allah.

Sebetulnya, Adinda sudah beberapa kali tidak jadi menikah. Tapi ia tidak pernah merasa ‘terguncang’. Sebab selama ia berproses sebelumnya, ia berhasil membentengi dirinya untuk tidak mengizinkan cinta bermain-main di dalam hatinya. Ia betul-betul lurus mengikuti syari’at Allah. Akhirnya dulu, meskipun tidak sampai ke gerbang pernikahan, Adinda tetap bisa seperti biasa. Toh belum ada harapan apa-apa selain harapan kebaikan yang ia gantungkan kepada Allah. Tapi lain dengan kali ini. Adinda sangat terpukul.

Entah apa yang dirasakan Putra, bisa jadi sama, atau mungkin lebih kuat. Entahlah. Tapi yang pasti, Adinda selalu menghiasi malam-malamnya dengan duka. Beberapa kali ia menghalau, beberapa kali itu pula ia terjatuh. Adinda memahami bahwa ini merupakan bagian dari penguatan dirinya.
Ia kembali terseok mendekat pada Allah, sebab kemarin sempat terlupa. Bulir-bulir air mata malu menetes dalam setiap shalat malamnya. Tengadah kedua tangannya menjadi saksi pengakuan dosa yang membawanya pada akibat yang sulit dihempas. Rasa sakit berulang kali menghampiri hati apabila Adinda secara tak sengaja melihat Putra. Bagaimana tidak, mereka berada dalam satu lingkungan yang masih mengharuskan mereka untuk banyak terlibat kerjasama.

Beberapa minggu kemudian, Adinda banyak mendapat hikmah dan pembelajaran dari kisah kehidupannya tersebut. Semoga ini bisa menjadi cerminan bagi kita semua, khususnya bagi para muslimah yang sedang berupaya taat pada Allah. Bismillahirrahmanirrahim..
“Kami ini bukan orang-orang yang tidak paham. Kami adalah orang-orang yang justru sangat memahami tentang hakikat sebuah cinta, yang seharusnya hanya terjalin setelah ijab sah terucap. Putra dihadirkan ke dalam kehidupan saya untuk menjadi ujian bagi saya, saya pun dihadirkan dalam kehidupan putra untuk menjadi ujian baginya. Inilah ujian ketaatan yang Allah maksudkan. Saya menyesal telah melanggar ketentuan Allah, tapijuga bersyukur pernah mengalaminya. Sebab sekarang saya tau bagaimana rasa sakitnya, maka sulit rasanya bagi saya untuk mengulang kembali kesalahan tersebut. Jangan pernah coba-coba mengizinkan cinta sebelum datang kepastian halal. Ini bukan teori, sebab saya sudah praktek langsung. Saat ini saya masih belum pulih betul, masih sering tersedu. Tapi lebih banyak tersedu malu pada Allah. Sungguh saya bersyukur atas ampunan Allah yang amat luas. Meski tertatih, kini saya kembali mendekat pada-Nya. Semoga bisa jadi pembelajaran bagi kita semua..”

***

Menurut kabar terakhir, sekarang Adinda sudah lebih baik. Kehidupannya kembali normal dan pandangannya kembali positif. Rasanya tidak ada untungnya terus terpuruk. Kita terpuruk ataupun bersemangat, itu sama-sama tidak bisa mengubah keadaan yang sudah terjadi. Perbedaannya, terpuruk mengarahkan diri pada pemberhentian langkah maju, sedangkan semangat mengarahkan diri pada perubahan menuju perbaikan.

Sesungguhnya, tidak satupun orang dihadirkan Allah ke dalam kehidupan kita untuk menyakiti kita, melainkan untuk membuat kita lebih kuat. Dari sanalah kita akan mendapatkan banyak pembelajaran, yang mendewasakan. Memantapkan ayunan langkah menyambut tantangan kehidupan yang lebih besar.
“Kehadiranmu menguji ketaatanku, kehadiranku menguji keimananmu. Aku ujian bagimu, dan kamu ujian bagiku.” – Febrianti Almeera

Sumber :
http://febriantialmeera.com/aku-ujian-bagimu-kamu-ujian-bagiku/ 

BERSIAP PULANG TANPA PERINGATAN


Sadar atau tidak, selalu saja ada hal-hal mengejutkan penuh pembelajaran yang Allah hadirkan dalam kehidupan kita, tanpa kita rencanakan sebelumnya. Tapi pastilah ada maksud yang Allah simpan di balik tiap-tiap kejadian yang hadir dalam kehidupan kita tersebut.

***

Hari ini adalah kali pertama saya menginjakkan kaki ke kampus lagi di semester yang baru, setelah sempat mengambil cuti beberapa waktu yang lalu. Universitas Pendidikan Indonesia, kota Bandung.

Tepat pk 13.00 saya memasuki ruang kelas dan menyimak materi mengenai Bisnis Internasional. Saat itu saya ngantuk sekali. Benar-benarme ngantuk. Kebetulan cuaca sedang mendung, rasa mengantuk pun semakin tak tertahankan. Maka tepat pk 15.00 saat kelas selesai, saya bertekad untuk langsung pulang, menunaikan shalat ashar, kemudian mengistirahatkan diri.

Tapi Allah berkehendak lain. Baru selangkah saya keluar kelas, tiba-tiba hujan turun sangat deras, tanpa gerimis sebelumnya. Mata saya sudah mengatup-ngatup tak tertahankan. Saya terobos saja hujan itu dengan harapan bisa semakin reda. Tapi kenyataannya malah sebaliknya.

Saya menyerah. Saya harus berteduh karena saya tidak membawa payung. Saya arahkan langkah saya menuju masjid di kampus saya, Masjid Al Furqon. Saya mengambil wudhu, kemudian shalat berjamaah. Tidak ada yang aneh. Semua biasa-biasa saja.

Tepat ketika saya mengangkat kepala dari sujud terakhir saya, tergambar bayangan keranda jenazah dari balik hijab yang membatasi area shalat perempuan dan laki-laki. Tapi saya abaikan, saat itu saya masih sangat mengantuk, sulit untuk berpikir ataupun fokus. Lagipula, orang meninggal yang dishalatkan di masjid Al Furqon itu sudah biasa.

Setelah salam terakhir, imam shalat jamaah ashar meminta para jamaah yang berkenan untuk menyalatkan jenazah. Disebutkan jenazah tersebut bernama EA (inisial). Saya pun tidak kenal siapa almarhum. Kemudian saya bersama dengan jamaah yang lain menunaikan shalat jenazah.

Setelah shalat jenazah usai ditunaikan, saya yang masih dalam kondisi mengantuk namun terjebak hujan sehingga tidak bisa pulang pun akhirnya tetap terduduk di dalam masjid. Di sinilah awal mula saya merasa tertampar.

Imam shalat mengambil microphone dan beliau berkata, “Di sini sudah ada pembantu rektor Universitas Pendidikan Indonesia, Ketua Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, dan Ketua Jurusan Geografi. Sebelum kita melepas kepergian almarhum, mari kita mendengarkan pemaparan kronologis kematian, riwayat hidup almarhum, dan ditutup oleh doa.”

Keadaan itu mulai menarik perhatian saya. Siapa sebetulnya jenazah itu? Kenapa para petinggi kampus harus menyampaikan pemaparan kronologis kematian? Lalu kenapa jenazah mahasiswa kok dishalatkan di masjid kampus? Ada apa sebetulnya?

Dipanggil lah bapak pembantu rektor III yang kemudian mengambil alih microphone. Beliau berkata, “Almarhum adalah salah satu mahasiswa jurusan Geografi angkatan 2010, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahua Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia.”

Saat itu saya mulai mengerti kenapa ada perwakilan-perwakilan kampus. Tapi saya masih belum paham, kenapa harus sampai mengundang para petinggi. Karena penasaran, saya fokus menyimak.
“Berikut pemaparan kronologis kematian almarhum. Almarhum adalah korban kecelakaan lalu lintas. Tepatnya ketika almarhum mengendarai motor hendak kuliah menuju kampus. Sebuah kondisi yang tidak terduga di jalan raya, almarhum terlindas truk tangki besar yang membawa minyak, mengalami pendarahan luar biasa tepat di kepala, dan meninggal seketika.”
Rasa kantuk saya tiba-tiba hilang. Tidak menyangka bahwa jenazah yang saya shalatkan itu korban kecelakaan tragis di jalan raya. Saya mendadak merinding sebab tak sengaja memvisualisasikan kejadian yang bapak pembantu rektor deskripsikan tadi. Inalillahi..
Bapak pembantu rektor mengalihkan microphone kepada ketua Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Pada giliran beliau ini beliau dipersilakan untuk membacakan riwayat hidup almarhum.
“Almarhum bernama EA (inisial), mahasiswa jurusan Geologi angkatan 2010. Bertempat tinggal di daerah Cianjur. Merupakan salah satu mahasiswa yang baik. Sekian riwayat hidup almarhum.”
Mungkin bagi kebanyakan orang saat mendengarkan pemaparan barusan itu, tidak ada makna yang luar biasa. Tapi saya, setelah mendengar riwayat hidup yang demikian, saya ber-muhasabbah sangat dalam.

Saya bertanya-tanya. Kenapa sangat singkat riwayat hidupnya? Kenapa tidak ada pencapaian-pencapaian yang diutarakan?
Seketika saya menundukkan kepala, menelusuri kisah kehidupan saya mulai masa lampau hingga saat ini. Adakah riwayat hidup kematian saya kelak akan dibacakan sesingkat itu? Adakah yang bisa dibanggakan sebagai karya yang tetap terkenang meski raga sudah menghilang? Adakah manfaat yang sudah saya tebarkan hingga saat ini? Sungguh tiba-tiba saya diliputi muhasabbah diri sangat dalam.

***

Siapa yang tahu kapan giliran kita dipanggil ‘pulang’ oleh-Nya. Allah sangat mungkin memanggil kita pulang tanpa peringatan. Contoh nyata di hadapan saya, ya kecelakaan lalu lintas ini. Apa pernah almarhum berpikir bahwa dia akan menghadap Allah pada saat dia sedang melakukan perjalanan berangkat ke kampus seperti yang biasanya ia lakukan? Saya yakin tidak. Tapi ya itulah.. Allah memanggil hamba-Nya pulang, tanpa peringatan.

Saya sungguh sangat penasaran. Saya buka akun twitter official kampus saya yang sangat update berita-berita terbaru tentang kampus. Betul saja, berita tentang kematian almarhum sudah di publish beserta kronologisnya.

Salah satu twit menyita perhatian saya, sebab twit tersebut melakukan mention pada akun twitter pribadi almarhum. Saya klik, dan saya stalking timeline-nya.

Twit terakhir dari akun twitter pribadi almarhum di update pada pagi hari ini. Saya penasaran dan saya scroll-scroll ke bawah. Ternyata saya menemukan banyak sekali percakapan sia-sia, dengan kata-kata yang kurang baik dan kurang sopan. Saya mengecek avatar twitternya pun berupa gambar orang sedang mengacungkan jari tengahnya, simbol perendahan. Sama sekali tidak menggambarkan kebaikan.

Seketika saya ber-muhasabbah lagi. Betul-betul kita tidak pernah tahu kapan giliran kita. Maka adalah benar bahwa kita harus senantiasa berucap, bertindak, beramal, dalam kebaikan, sesuai dengan yang Allah perintahkan. Sebab bila ternyata tiba waktu kita dipanggil pulang, jejak-jejak kehidupan terakhir kita sangat sangat menggambarkan siapa diri kita.

Saya merenung hingga meneteskan air mata. Allah memberikan pembelajaran hebat pada saya sore ini. Kisah nyata di hadapan saya. Kisah nyata yang memberikan gambaran sederhana tentang betapa singkatnya kehidupan dan betapa tiada gunanya menghabiskan waktu dengan alasan “Mumpung masih muda..” Usia tidak ada yang tahu. Cara meninggalnya pun kita tidak tahu. Bisa jadi saat kita sedang sangat tidak siap, kita dipanggil pulang tanpa peringatan.

***

Ternyata hujan sore ini, tergeraknya hati saya untuk berteduh dan melangkahkan kaki menuju masjid, semuanya sudah di desain Allah untuk memberikan pelajaran hebat. Pelajaran tentang mempersiapkan sebuah kepulangan yang bisa jadi dilakukan tanpa peringatan.

Betul-betul tak ada pilihan lan selain mengisi detik demi detik kehidupan kita dengan kebaikan dan penebaran kebermanfaatan. Tidak ada pilihan. Dipastikan sombong orang yang berleha-leha menunda kebaikan. Siapa tahu tak lama lagi, malaikat maut tengah menantikan kita di penghujung usia yang kita tidak sadari tengah siap-siap mencapai akhir.
Kejadian sore hari ini semakin menguatkan saya untuk semakin mantap melangkah meningkatkan kualitas diri dan keimanan di hadapan Allah. Saya tau setiap manusia adalah tempatnya khilaf dan dosa, tapi ampunan Allah sangatlah luas. Saya bertekad meraih ampunan serta keridhoan-Nya, sebab saya sadar bahwa saya tidak akan pernah sanggup menemui-Nya, dalam kondisi lalai kepada-Nya, menyia-nyiakan anugerah kehidupan dari-Nya.


Sumber : 
http://febriantialmeera.com/bersiap-pulang-tanpa-peringatan/

Sabtu, 16 Februari 2013

PANCASILA : RANGKUMAN MATERI KULIAH PANCASILA

MAKALAH 1 RANGKUMAN MATERI PANCASILA
SEMESTER 1
 


Makalah rangkuman materi selengkapnya dapat di download di:
http://www.ziddu.com/download/21610374/RANGKUMANMATERIKULIAHPANCASILA.docx.html

PAPER PRAKTIKUM PEMROGRAMAN KOMPUTER : EVAPORATOR dan DISTILASI

PAPER 1 PRAKTIKUM PEMROGRAMAN KOMPUTER
SEMESTER 1



Paper selengkapnya dapat di download di : 
http://www.ziddu.com/download/21610353/EVAPORATORdanDISTILASI.docx.html

PAPER KIMIA DASAR : ASAM ASETAT

PAPER 1 KIMIA DASAR
SEMESTER 1


Makalah selengkapnya dapat di download di :
http://www.ziddu.com/download/21610225/AsamAsetat.docx.html

TEKNIK dan KONSERVASI LINGKUNGAN : Kerusakan Lingkungan Hidup dan Pencemaran Lingkungan

MAKALAH 1 TEKNIK dan KONSERVASI LINGKUNGAN
SEMESTER 1


Makalah selengkapnya dapat di download di :
http://www.ziddu.com/download/21605425/KerusakanLingkunganHidupdanPencemaranLingkungan.docx.html